
Tentang Mawayang
MAWAYANG adalah festival tahunan yang diselenggarakan Balai Budaya Minomartani sejak 2019. Festival ini dimaksudkan sebagai ajang pertemuan para pelaku pelestari dan pengembang seni pewayangan tradisional, juga sebagai ajang “recharge” energi dengan menghayati semangat pemajuan budaya wayang. Mawayang biasanya digelar pada bulan November bertepatan dengan peringatan Hari Wayang Nasional (7 November).
Muasal Nama “Mawayang”
Meski UNESCO baru mengakui wayang Indonesia sebagai warisan budaya dunia, namun wayang memang telah menjadi bagian dari masyarakat Jawa sejak berabad lalu. Catatan tertua mengenai hal ini terdapat pada Prasasti Balitung atau Prasasti Mantyasih yang ada di Kampung Meteseh, Magelang, Jawa Tengah. Prasasti berangka tahun 823 Saka atau 903 Masehi ini mencatat peristiwa peresmian desa Mantyasih sebagai Shima (desa perdikan, bebas pajak) oleh Raja Dyah Balitung, penguasa Mataram Kuno dari dinasti Sanjaya. Dalam catatan prasasti itu diceritakan dalam perayaan tersebut seorang dalang bernama Galigi mempertunjukan seni pewayangan sebagai persembahan dengan membawakan lakon Bima Ya Kumara (Bima Muda)
“Si Galigi Mawayang Buat Hyang Macarita Bimma Ya Kumara…“
Dari kalimat ini, kami mengambil kata “MAWAYANG” sebagai nama festival ini. Kata ini diambil sebab selain jelas artinya terhubung dengan pertunjukan wayang, tetapi MAWAYANG yang adalah kata kerja, dihayati sebagai energi positif yang memberikan dorongan untuk aktif bekerja, melakukan sesuatu, memberikan daya upaya di dalam pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan seni pewayangan menjadi salah satu alat membangun kehidupan masyarakat yang lebih dewasa.
Sejak 2019, MAWAYANG telah digelar dengan berbagai macam tema. Pada tahun pertama tersebut, MAWAYANG menampilkan 16 repertoar wayang oleh dalang-dalang muda Yogyakarta. Pada tahun kedua (2020) di tengah suasana pandemi, atas dukungan Kementerian Kominfo, MAWAYANG digelar secara daring dengan melibatkan 20 dalang. Bahkan pada MAWAYANG 2020, turut berpartisipasi pula repertoar daring dari Jepang dan Australia. Di tahun 2021, MAWAYANG terselenggara dengan dukungan program Fasilitasi Bidang Kebudayaan Kemendikbudristekdikti. MAWAYANG 2021 tak kalah istimewa dengan tema “perempuan pejuang budaya” digelar 7 repertoar wayang dengan 7 dalang perempuan yang diiringi oleh pengrawit perempuan pula. di Tahun 2022, menyambut suasana “new normal” pasca puncak pandemi covid-19, Mawayang digelar secara sederhana dengan menampilkan lakon “Babad Alas Wanamarta”. Lakon ini sebagai sebuah penanda semangat untuk bangkit kembali memulai dari nol setelah banyak aspek kehidupan kita nyaris lumpuh dihantam pandemi. Di tahun 2023, Mawayang tampil spektakuler dengan menggelar 50 panel wayang beber yang dibawakan oleh 50 dalang. 50 panel ini memuat lakon Bharatayuda sejak mula hingga akhir tewasnya Suyudana. Wayang beber yang dibawakan semuanya adalah karya dalang Ki Utoro Widayanto.
MAWAYANG 2024
Di tahun ini Mawayang mengambil semangat regenerasi dan pluralisme dalam pewayangan tradisional. 14 lakon dari 14 ragam wayang tradisional Jawa akan ditampilkan oleh sekitar 17 Dalang yang rentang usianya mulai dari dalang anak hingga dalang senior. Tentu ragam ini masih belum mewadahi seluruh ragam wayang yang berkembang di Nusantara, tetapi setidaknya ini adalah bentuk nyata dari kesalingdukungan sesama pelaku pedalangan dan pewayangan. Ragam Wayang yang akan ditampilkan di Mawayang 2024 adalah :
- Wayang Babad Banyumas
- Wayang Beber
- Wayang Cina Jawa (Wacinwa)
- Wayang Golek Menak
- Wayang Golek Sunda
- Wayang Kancil
- Wayang Krucil
- Wayang Kulit Menak
- Wayang Madya
- Wayang Purwa Surakarta
- Wayang Purwa Yogyakarta
- Wayang Potehi
- Wayang Rai Wong
- Wayang Suluh
Program Mawayang 2024
MAWAYANG 2024 akan menggelar 2 acara inti :
WORKSHOP “NATA GELARAN WAYANG”
Workshop ini adalah sebagai program peningkatan kapasitas utamanya bagi tenaga artistik dan kru yang akan bertugas di MAWAYANG 2024 maupun sebagai bekal untuk mereka terjun di dunia praktik penyelenggaraan pementasan wayang. Workshop ini akan memberikan wawasan praktik mengenai :
- Nata Panggung | menyiapkan panggung dasar tempat penyelenggaraan pementasan wayang
- Nata Gawangan | Menyiapkan “gawang” atau bingkai kayu sebagai latar utama dalam pementasan wayang kulit
- Nata Kelir | memasang kelir (kain putih) sebabai begron dalam pementasan wayang, tempat dimana bayangan diproyeksikan.
- Nata Debog | Debog adalah batang pohon pisang yang vital dalam pementasan wayang sebagai media untuk memajang/menancapkan anak wayang.
- Nata Gamelan | gamelan pengiring memiliki “pakem” posisi yang wajib diikuti sebab ini terkait dengan sistem akustik yang menentukan kualitas suara gamelan yang bisa ditangkap telinga sang dalang.
- Nata Wayang & Simpingan | Simpingan adalah jajaran anak wayang berjumlah puluhan yang dipasang berderet di kiri kanan kelir.
Nata Gelaran Wayang ini akan dipandu oleh dua dalang muda yaitu Ki Bagas Adi Prasetya dan Ki Wahyu Wicaksono. Workshop akan dilangsungkan pada 5 Januari 2025.
PERGELARAN 14 RAGAM WAYANG
Pergelaran wayang sebagai puncak dari penyelenggaraan MAWAYANG 2024 akan menampilkan pertunjukan 14 ragam wayang tradisional yang masih berkembang di Jawa. Pergelaran akan diselenggarakan pada 10-11 Januari 2025 di Balai Budaya Minomartani. Acara ini dapat ditonton secara langsung di lokasi maupun melalui siaran Live Streaming di kanal Youtube Balai Budaya Minomartani. Pada hari pertama, 10 Januari 2025, pasca pembukaan acara, akan digelar pula sesi “Dialog kebudayaan” oleh tokoh-tokoh berikut :
- Ki Edi Suwondo (Dalang, Ketua Pepadi Sleman)
- Ki Eddy Pursubaryanto (Dalang, Pegiat Wayang Kancil)
- Ki Utoro Widayanto (Dalang)
- Manggar Sari Ayuati (Kepala BPK Wilayah X)
- Dian Laksmi Pratiwi, S.S., M.A. (Kepala Dinas Kebudayaan D.I. Yogyakarta)
- Moderator : Andi Wisnu Wicaksono, S.S. (pegiat budaya)
Rundown Pergelaran Mawayang 2024
Hari ke 1 | 10 Januari 2025
08.00 WIB | Pembukaan
Pembukaan secara resmi oleh Dian Lakhsmi Pratiwi, S.S., M.A. — Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) D.I. Yogyakarta .
08.30 WIB | Dialog Budaya
– Ki Edi Suwondo (Dalang, Ketua Pepadi Sleman)
– Ki Eddy Pursubaryanto (Dalang, Pegiat Wayang Kancil)
– Ki Utoro Widayanto (Dalang)
– Manggar Sari Ayuati (Kepala BPK Wilayah X)
– Dian Laksmi Pratiwi, S.S., M.A. (Kepala Dinas Kebudayaan D.I. Yogyakarta)
Moderator : Andi Wisnu Wicaksono, S.S. (pegiat budaya)
09.35 WIB | Wayang Kancil
“Kancil Nyolong Timu”
– Bledug Aglar Rajendra
– Hendrikus Ekalaya Elang Cahya Putra
– Ni Ganis Naluri Putri Surtikanthi
– Ki Eddy Pursubaryanto
Iringan : Wani Wirang
12.30 WIB | Wayang Purwa Yogyakarta
“Sendhon Kunthi”
– Ni Elisha Orcarus Allaso
Iringan : Kecubung Sakti
14.00 WIB | Wayang Madya
“Bedhah Prambanan”
– Ki Rudi Wiratama
iringan : Sekar Jagad
15.30 WIB | Wayang Rai Wong
“Dyah Madras”
– Ki Setyo Nur Wicaksono
Iringan : Aji Laras
18.30 WIB | Wayang Babad Banyumas
“Jaka Kaiman”
– Ki Bima Setya Aji
Iringan : Candra Birawa
20.00 WIB | Wayang Purwa Surakarta
“Sendyakala Hastina”
– Ki Anggit Laras Prabowo
Iringan : Jati Budaya
21.30 WIB | Wayang Golek Sunda
“Kidung Gandari”
– Ki Bhatara Sena Sunandar
Iringan: Sapta Loka
Hari ke-2 | 11 Januari 2025
09.00 WIB | Wayang Suluh
“Sandungan Alam”
– Nyi Siti Marfuah
Iringan : Kaesthi
11.00 WIB | Wayang Krucil
“Adeging Nagara Majapahit”
– Ki Senja Mendi Pangestu
Iringan : Bondan Paksa Jandu
13.00 WIB | Wayang Beber
“Gung Aluhung”
– Ki Edi Suwondo
Iringan : Cedi Laras
14.30 WIB | Wayang Golek Menak
“Dayaning Jiwa”
– Ki Ratnanto Adi Putro
Iringan : Sotya Laras
18.30 WIB | Wacinwa
“Manggala Yuda Sie Jin Kwie”
– Ki Aneng Kiswantoro
Iringan : Pesona
20.00 WIB | Wayang Potehi
“Sam Pe Ing Tay”
– Ki Widodo Santoso
Iringan : Fu He An
21.30 WIB | Wayang Kulit Menak
“Adaninggar Kelaswara”
– Ki Fani Richyansah
Iringan : Bahusasra
Penampil dan Lakon
WAYANG KANCIL

BLEDUG AGLAR RAJENDRA
Lakon : Ula Welang
Kekuatan dan kesaktian membuat si Ular menjadi tamak ingin menjadi raja hutan. Ularpun menantang Harimau, akan tetapi dengan kecerdikan si Kancil, Ular tersebut mati karena bertarung dengan gergaji.

HENDRIKUS EKALAYA ELANG CAHYA PUTRA
Lakon : Gathot Kancil
Di sebuah hutan lindung, para satwa penghuninya dikejar-kejar oleh sekelompok prajurit yang dipimpin oleh Tumenggung Lintang Garuda. Para prajurit tersebut abdi dari kerajaan Ngatas-Angin. Para hewan lari tunggang-langgang mencari hidup. Ketika Kancil sedang berlari mencari bantuan, dia bertemu dengan Gatotkaca, satria Pringgadani.

NI GANIS NALURI PUTRI SURTIKANTHI
Lakon : Naga Sidora
Kelaparan membuat Naga menjadi nekad untuk memangsa anak-anak Gagak. Pada ahkirnya si Naga mendapatkan makanan berupa bayi yang akan menghantarkan ke kematian Naga Sidora.

KI EDDY PURSUBARYANTO
Lakon : Pituture Keyong Gondhang
Dalam balapan lari yang tidak seimbang antara Kancil dan Keyong Gondhang, ternyata Kancil kalah. Sebelum balapan, Kancil berkata bahwa bila dia kalah, dia sanggup berguru kepada Keyong Gondhang.
WAYANG PURWA YOGYAKARTA

NI ELISHA ORCARUS ALLASSO
Lakon: Sendhon Kunthi
Setelah kematian suaminya, Kunthi harus harus menjadi tiang bagi kelima anaknya. Dalam mendidik kelima putranya, Kunthi tidak mengandalkan keduniawian akan tetapi kemuliaan hati. Dalam pengembaraan dan pembuangan, mereka menemukan sebuah desa yang terancam bahaya. Di sinilah ujian bagi Kunthi dan kelima anaknya di mulai. Pandawa harus bisa menyelamatkan desa tersebut…
WAYANG MADYA

KI RUDY WIRATAMA
Lakon : Bedhah Prambanan
Rara Jonggrang, putri Prabu Karungkala, raja Prambanan, terjebak dalam dilema asmara sepanjang hatinya. Silih berganti pria datang dan pergi mencoba mengisi relung hatinya, namun Jonggrang tak bergeming, entah apa yang ia cari. Sebagai seorang wanita, tentu ia punya cita-cita. Sayang, takdir tak berpihak padanya, sehingga pahit getir kehidupan harus dirasakannya.
Dibawakan dalam format wayang madya gaya Surakarta, yang pertama kali diciptakan oleh Sri Paduka Mangkunagara IV berdasarkan Serat Pustaka Raja Madya karya Raden Ngabehi Ranggawarsita.
WAYANG RAI WONG

KI SETYO NUR WICAKSONO
Lakon : Dyah MAdras
Pepatah mengatakan CINTA ITU BUTA. Apakah benar seperti ini? Semua bisa dibuktikan kepada Dewi Setyawati. Cintanya terhadap Raden Narasoma sangatlah besar, hingga merelakan ayahnya sebagai tumbal cintanya. Hingga menjadi sosok ibu di negara Madras, cintanya tak pernah pudar sedikitpun. Bahkan menjelang takdirnya juga harus satu dalam kematian…
WAYANG BABAD BANYUMAS

KI BIMA SETYA AJI
Lakon : Jaka Kaiman
Jaka Kaiman putra dari Pasir Luhur. Tokoh yang berwibawa dan merupakan Bupati pertama di BANYUMAS. Kala itu Jaka Kaiman mendapatkan bisikan ghaib untuk membabat alas yang bernama ALAS MANGLI. Rintangan dan hambatan telah dilalui oleh Jaka Kaiman.
Bagaimana perjalanan Jaka Kaiman dan bagaimana kelanjutan critanya??? Selamat menyaksikan.
WAYANG PURWA SURAKARTA

KI ANGGIT LARAS PRABOWO
Lakon : Sandyakala Hastina
Kisah seorang kesatria Pancala, berdiri menjadi orang nomor dua di Kerajaan Hastina. Namun, di bawah bayang-bayang tahta yang penuh intrik dan tipu daya, iri hati dan kebencian, setiap langkahnya selalu terancam bahaya.
Inilah kisah seorang ksatria yang menjalani takdir penuh duri, bertaruh nyawa demi harga diri dan keadilan. Langit gelap menyelimuti SANDYAKALA HASTINA.
WAYANG GOLEK SUNDA

KI BHATARA SENA SUNANDAR
Lakon : Kidung Gandari
Kepedihan hatinya tak bisa terbendung dikala tidak bisa mendapatkan sang cintanya melainkan saudaranya yg punya cacat pandangan. Destarata berdaulat menjadi suami Dewi Gandari,.. Pasangan yang tak berdasarkan keihklasan cinta, melahirkan keturunan yang tak berihklas kepada hidupnya. Kurawa 100. Dan atas didikan pamannya Raden Sangkuni.. Kurawa menjadi sosok yg bengis. Kejadian ini menjadikan gulana Dewi Gandari dan berjuang untuk meluruskan sifat semuanya. Apakah akan berhasil? Saksikan dalam cerita KIDUNG GANDARI
WAYANG SULUH

NYI SITI MARFUAH
Lakon : Sandungan Alam
Perkembangan jaman mulai maju, pengembangan daya sarana mulai tumbuh, pembuangan sampah juga mulai penuh. Akankah hal ini terdiamkan. Masyarakat mengeluhkan tentang keberadaan jaman yg tidak terbendung sampahnya, maka dari itu di dalam desa harus ada rasa tanggung jawab atas sampah tersebut, bilamana dari sampah bisa dibudidayakan bagi masyarkat. Akankah bisa dari sampah yg mengganggu menjdi sampah yg bersahabat?
WAYANG KRUCIL

KI SENJA MENDI PANGESTU
Lakon : Adeging Majapahit
Kejayaan Singosari mulai goyah setelah tertumpasnya sang Raja Kertanegara. Raden Wijaya berusaha menegakkan kembali tonggak sejarah kerajaan leluhurnya. Bersama pengikutnya dan dikuatkan Sang Paman Wiraraja, Raden Wijaya berada di bawah kekuasaan Jayakatwang diberi anugerah bumi perdikan alas Tarik yang menjadi Bumi Majapahit. Dengan datangnya tentara Tartar dia melakukan perlawanan terhadap Jayakatwang. Setelah kekalahan Jayakatwang ia melakukan pukulan balik terhadap tentara Tartar. Raden Wijaya menjadi Raja pertama Majapahit bergelar Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana.
WAYANG BEBER

KI EDI SUWONDO
Lakon : Gung Aluhung
Kerajaan Jenggala, negara yang ayem tentrem. Banyak negara lain yg iri dengan keistimewaan negara Jenggala, sampai ahkirnya Prabu Klana Sumbargo dari kerajaan Loh Wingit, ingin menjajah negara Jenggala. Dengan ajian krincing emas, Prabu Klana Sumbargo bisa mengendalikan semua harimau untuk mengepung Jenggala. Panji Asmara Bangun setelah menemukan cintanya, mengetahui negaranya dijajah Loh Pati. Raden Panji mencuri krincing emas, dan ahkirnya Prabu kKana Sumbargo gugur dibantai para harimau…
WAYANG GOLEK MENAK

KI RATNANTO ADI PUTRO
Lakon : Dayaning Jiwa
“Agama Ageming Aji.” adalah bagian dari jati diri, semangat kedamaian dan pluralisme yang diemban oleh Sang Amir Ambyah atau Wong Agung Jayengrana dalam perjuangan dalam pengembaraannya mampu menumbuhkan perdamaian, namun juga tidak sedikit menelan korban. Bagaimana perjuangan Wong Agung Menak dalam perjuangan syiar dan upaya menegakkan kebenaran? Saksikan selengkapnya pada lakon “Dayaning Jiwa”.
WAYANG CINA JAWA (WACINWA)

KI ANENG KISWANTORO
Lakon : Manggala Yuda Sie Jin Kwie
Pepatah jawa mengajarkan “Narima ing pandum”, menerima segala keadaan. Walaupun teraniaya tetap diterima dengan penuh ketabahan. Ibarat emas akan menjadi emas selamanya, tidak bisa berkarat ataupun luntur. Prestasi Sie Jin Kwie yg selalu ditutupi oleh rekan-rekan sejawat yang tidak menyukainya pada akhirnya tetap berbuah baik. Takdir orang baik akan tetap menjadi baik. Sang Kaisar akan menobatkan Si Jin Kwie menjadi manggalayuda atas jasanya memberantas para penghianat dan pemberontak.
WAYANG POTEHI

KI WIDODO SANTOSO
Lakon : Sam Pek Ing Tay
Begitu berharganya sebuah pendidikan, pengalaman, pertemanan, di kala harus mengorbankan segalanya demi kemajuan hidup… Ing Tay berkelana mencari pembebasan sebagai perempuan, hingga menemukan pendidikan. Di sana ia pun menemukan kasih sayang dengan rasa cinta. Cintanya kepada teman seperguruan terseret hingga larut dalam alur pasangan cinta sejati di bawa mati…
WAYANG KULIT MENAK

KI FANY RICHYANSAH
Lakon : Adaninggar Kelaswara
Cinta tanpa perjuangan hanyalah sebuah bualan belaka, Perjuangan tanpa landasan cinta hanyalah muslihat semata, Namun demikian, sebagai manusia layaknya tidak bisa memungkiri takdir, cinta dan perjuangan bukanlah suatu hal yg dapat dipisahkan. Adaninggar dan Kelaswara menjadi bukti bahwa cinta dan perjuangan adalah sebuah arus takdir tanpa muara.
Sponsor dan Pendukung



KOLABORATOR


MEDIA PARTNER